GUA LAWA TRENGGALEK
A. Keistimewaan Gua Lowo di Trenggalek
Gua Lowo merupakan gua yang terletak di desa Watuagung, kecamatan Watulimo, kabupaten Trenggalek. Dari hasil observasi dan berbagai sumber yang telah di dapat gua ini terdapat beberapa keistimewaan yang membedakan dengan gua-gua lain yang ada di Indonesia. Yang pertama dapat dilihat dari asal namanya sendiri, yaitu gua Lowo dalam bahasa Indonesia Lowo itu artinya adalah Kelelawar. Jadi di dalam gua ini hanya terdapat sejumlah kelelawar yang hidup di sana. Jumlah kelelawar inipun sangat banyak, dan tidak ada fauna yang lain yang mampu hidup di sini. Hal ini dikarenakan tingkat suara kebisingan dari kelelawar ini menyebabkan fauna-fauna lain tidak mampu hidup di sini. Selain itu kondisi yang sangat gelap, sesak, dan telah termodifikasinya bagian luar dari gua ini merupakan faktor yang sangat berpengaruh tehadap intensitas fauna yang mampu hidup di gua ini.
Keistimewaan yang kedua yaitu suasana udara pegunungan yang sejuk dan panorama hutan jati yang khas, hal ini dikarenakan di lokasi gua Lowo ini dikelilingi hutan jati yang masih rimbun. Pada bagian-bagian tertentu terdapat sejumlah patung yang dianggap sebagai penjaga gua tersebut, diantaranya Patung Sri Ratu Lowo (yang berada tepat setelah pintu masuk), serta Lowo Gada (yang merupakan penjaga pada setiap sudut jalan menuju ke gua). Selain itu jalan menuju gua yang terdiri dari beberapa tangga yang sangat panjang dan kondisi di sekitarnya sangat rimbun dengan beberapa tanaman yang ada di sekeliling jalan masuk ini.
Keistimewaan yang ketiga yaitu pada jalan masuk menuju ke gua yang terdapat batu besar menyerupai kura-kura raksasa. Selain batu ini juga terdapat sejumlah batu yang ada di dalam gua dan semua batu-batu tersebut memiliki keunikan masing-masing yang menyerupai hewan ataupun benda-benda hidup lainnya, antara lain batu Singa, Sepasang Kaki, tugu Buceng, Sangkar (batu Gong), dan masuh banyak lagi bentuk-bentuk batu dengan nama masing-masing (Dinas Perhubungan dan Pariwisata Trenggalek).
Keistimewaan yang keempat yaitu adanya stalagtit dan stalagmit yang sangat berbeda dengan gua-gua lain yang ada di Indonesia. Stalagtit maupun stalagmit ini masih hidup, hidup disisni diartikan bahwa stalagtit dan stalagmit ini masih mampu bertambah panjang. Air yang selalu menetas pada langit-langit gua ini menyebabkan stalagtit dan stalagmit ini bertambah panjang. Tetesan air ini berasal dari atas gua, yaitu berasal dari air tanah yang telah mengalami peresapan ke dalam tanah hingga sampai menetes ke dalam gua. Air tersebut mengandung sejumlah zat kapur sehingga dengan adanya zat kapur tersebut membantu pengaktifan stalagtit dan stalagmit yang ada pada gua Lowo.
Disamping adanya empat keistimewaan di atas, terdapat satu lagi keistimewaan yang ada pada gua Lowo ini. Keistimewaan tersebut terletak pada lorong gua yang panjangnya mencapai 850 meter yang terdiri dari sembilan ruang yang luasnya bervariasi dengan panjang kali lebar antara 50 kali 20 meter dan ketinggian langit-langit gua antara 10 sampai 50 meter yang masing-masing ruangannya penuh stalagtit dan stalagmit beraneka bentuk. Selain itu pada ruang ketujuh langit-langit pada gua ini sangat tinggi dan terdapat lubang tembus sinar dari atas gua, sehingga jika pada waktu siang hari sinar matahari mampu masuk ke ruang gua tersebut. Hal ini semakin menambah keindahan gua, karena stalagtit dan stalagmit yang selalu basah tersebut semakin tampak berkilau (Dinas Perhubungan dan Pariwisata Trenggalek).
B. Keadaan di Dalam Gua Lowo di Trenggalek
Di dalam gua Lowo ini kondisinya sangat gelap tetapi sekarang dinas pariwisata kota Trenggalek telah memberikan penerangan dengan menggunakan sejumlah lampu. Sehingga hal ini menambah keindahan alam gua. Menurut pemandu wisata setempat yaitu bapak Pandu menyatakan bahwa, “lampu-lampu tersebut sama sekali tidak mengganggu kehidupan kelelawar yang ada di dalamnya. Pemberian lampu-lampu ini tidak terlalu terang, sehingga tidak terlalu berpengaruh pada kelelawar. Lampu-lampu tersebut tidak selamanya dinyalakan apabila jam sudah menunjukkan pukul 17.00 WIB atau pengunjung sudah tidak ada maka lampu-lampu tersebut dimatikan. Hal ini dimaksudkan agar lampu-lampu yang digunakan lebih tahan lama”.
Tetesan-tetesan air yang menetes melewati stalagtit dan stalagmit memberikan kondisi yang selalu sejuk dan dingin. Dengan adanya tetesan air yang selalu menetes tersebut memberikan kondisi selalu lembab, namun kondisi lembab ini tidak menyebabkan gua ini ditumbuhi lumut ataupun tanaman-tanaman lain yang ada di luar gua. Hal ini disebabkan karena di dalam gua pencahayaannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Dalam pengamatan yang penulis lakukan tanaman tersebut hanya mampu tumbuh dekat dengan mulut gua. Menurut pendapat dari bapak Pandu, “Tanaman tersebut tidak mampu hidup lama”. Secara morfologi tanaman yang tumbuh tersebut tidak sehat, hal ini dikarenakan tanaman tersebut kurang adanya unsur hara tanah maupun pencahayaan yang sangat minim. Sehingga memungkinkan tanaman tersebut hanya berumur pendek.
A. Fauna di Dalam Gua Lowo di Trenggalek
1. Cara hidup kelelawar di dalam gua
Fauna yang ada di dalam gua ini telah dijadikan sebagai ciri khas gua ini. Fauna yang dimaksudkan adalah kelelawar. Kelelawar yang ada di gua ini sangat banyak jumlahnya. Disini diketahui bahwa kelelawar tidak dapat berdiri dengan baik. Jadi kelelawar perlu bertengger, cara termudah baginya adalah bergantung, dangan kepala di bawah. Sehingga apabila kita menemui sejumlah kelelawar di gua ini ataupun di luar gua kita melihat gua ini bergelantungan. Kelelawar melakukan banyak hal yang sangat luar biasa. Kelelawar merupakan mamalia dan satu-satunya mamalia yang dapat terbang. Anak-anaknya lahir dalam keadaan hidup dan minum susu induknya. ketika anak-anaknya masih sangat kecil, induknya membawa mereka ketika berburu. Kelelawar adalah nokturnal, artinya mereka aktif pada waktu malam dan tidur pada siang hari. Karena kelelawar ini harus berburu makanan maka pada waktu malam hari tiba, mereka keluar untuk mencari makanan. Kelelawar merupakan hewan yang sangat sensitif terhadap dehidrasi (Rahmadi, Cahyo, Y. R. Suhardjono, dan Jusup Subagja, 2002).
Sebenarnya kelelawar tidak bergantung pada matanya untuk bergerak kemana-mana. Ketika kelelawar terbang, mereka mengeluarkan suara- suara tinggi. Suara-suara ini terlalu tinggi untuk dapat tertangkap oleh telinga manusia. Gema suara ini dipantulkan kembali ke kelelawar dalam penerbangannya. Kelelawar dapat mengetahui apakah gema itu datang dari rintangan didekatnya atau dari tempat yang ajuh, dan dapat mengubah arahnya untuk menghindari membentur rintangan. Kebanyakan orang mengira semua kelelawar bertingkah laku sama, tapi karena ada ratusan jenis kelelawar yang berbeda, maka kita tidak dapat melihat mengapa hal ini tidak demikian adanya. Ada kelelawar yang rentang sayapnya 15 cm dan ada juga kelelawar yang rentang sayapnya 1.8 meter. Untuk kelelawar yang ada di gua Lowo ini penulis belum mengetahui berapa panjang syap kelelawar yang ada di gua Lowo ini. Hal ini dikarenakan belum adanya penelitian mengenai kelelawar yang ada di gua ini (Rahmadi, Cahyo, Y. R. Suhardjono, dan Jusup Subagja: 2002).
2. Radar Kelelawar
Selain mempunyai penglihatan yang baik, kelelawar lebih mengandalkan pada suaranya yang nyaring untuk menuntunnya terbang. Ia mengeluarkan bunyi yang dinamakan "Ultrasonic" yang tidak dapat didengar manusia. Getaran bunyi ini mempunyai frekuensi antara 25.000 - 50.000 Hz. Jika menabrak suatu obyek atau benda, getaran suaranya itu memantul kembali, lalu ditangkap telinganya yang lebar yang berfungsi sebagai radar baginya. Proses ini hanya memakan waktu sepersepuluh detik, cukup bagi kelelawar untuk mengetahui apa yang ada di depannya, kemana arahnya dan berapa kecepatannya. Hidungnya yang berbentuk aneh seperti misalnya kaki kuda, trisula dengan tonjolan, membuatnya dapat mengeluarkan ultrabunyi (Cahyo, Rahmadi: 2007).
3. Jenis Kelelawar
Kelelawar memiliki spesies yang banyak, menempati urutan kedua setelah mamalia binatang pengerat. Dari 4.000 spesies mamalia, 1000 diantaranya merupakan spesies kelelawar. Untuk mengelompokkannya, kelelawar dibagi menjadi dua kelompok utama yaitu diberi nama "Megachiroptera" dan "Microchiroptera". Selain itu dapat dikelompokkan berdasarkan makanan dan kapasitasnya. Kelelawar dengan bentangan sayap 2 meter dan berat mencapai 1,5 Kg dimasukkan dalam kelompok Megachiroptera atau terkenal dengan sebutan "Kalong". Ciri-ciri kalong adalah matanya besar, karena tidak mempunyai sistem ekolokasi. Menemukan makanan berupa buah-buahan dan bunga-bungaan dengan mengandalkan penglihatan dan penciuman. Kelelawar yang tinggal di daerah Asia dan Afrika bertubuh kecil, memakan serbuk sari, lebar dua sayapnya 30 cm dengan berat 15 gr. Kelelawar ini termasuk dalam kelompok Microchiroptera dengan sistem ekolokasi yang lebih baik tetapi penglihatannya kurang jelas (Cahyo, Rahmadi: 2007).
4. Cara Terbang Kelelawar
Perbedaan nyata antara sayap kelelawar dengan sayap burung terletak pada perluasan tubuhnya yang berdaging dan sayapnya yang tidak berbulu terbuat dari membran elastis tetapi berotot. Sayapnya sering disebut "Patagium", membentang dari tubuhnya sampai jari kaki depan, kaki belakang dan ekornya. Pada kelelawar betina Patagium berfungsi untuk memegang anaknya yang baru dilahirkan dengan posisi kepala di bawah. Selain untuk terbang, sayap kelelawar berfungsi untuk menyelimuti tubuhnya ketika bergelantung terbalik. Ada dua jenis sayap yang dimiliki kelelawar. Yang pertama adalah sayap kecil, biasanya dimiliki oleh kelelawar yang hidup di alam terbuka yang berguna untuk terbang dengan cepat tanpa rintangan di depannya. Sayap lebar dimiliki kelelawar yang hidup ditempat tertutup, yang terbang pelan di antara cabang pohon (Cahyo, Rahmadi: 2007).
D. Potensi Fauna yang Ada di Dalam Gua Lowo di Trenggalek
Kelelawar yang ada di dalam gua Lowo ini disamping dijadikan ciri khas dari gua ini. Hewan ini sangat membantu dalam bidang pertanian. Yang dimaksudkan di sini adalah pemanfaatan dari kotoran kelelawar yang menumpuk di dalam gua. Mungkin kita mengira bahwa di dalam gua ini sangat bau dengan adanya kelelawar, hal ini disebabkan karena kotoran kelelawar menumpuk pada bagian-bagian tertentu gua. Namun dugaan ini salah, hal ini telah dibuktikan oleh penulis setelah penulis melakukan observasi di gua ini. Kondisi di gua ini sangatlah bersih dan juga tidak berbau. Hal ini dikarenakan kotoran yang dihasilkan oleh kelelawar selalu di ambil oleh petugas. Proses pengambilan kotoran kelelawar ini dilakukan pada waktu malam hari tepat berada di bawah tempat kelelawar itu berada. Kotoran kelelawar ini berfungsi sebagai pupuk alami bagi tanaman pangan yang ditanam penduduk di Trenggalek. Pupuk ini sangat bermanfaat bagi kesuburan tanaman dan meningkatkatkan kualitas tanaman.
Gua Lowo ini sangat indah dalam penataan dari segi estetika. Yakni dapat dilihat dari suasana jalan menuju ke gua maupun suasana di sekitar gua. Kanan kiri gua ditumbuhi dengan pohon-pohon yang beraneka ragam salah satunya adalah pohon jati yang jumlahnya sangat banyak. Dengan adanya keanekaragaman tanaman ini dimaksudkan agar tidak merusak unsur alami yang ada di kawasan pegunungan ini. Dari sudut pandang penulis, penataan gua yang sama sekali tidak diubah dari keaslian daerah tersebut sangat bagus. Pohon-pohon yang ada di daerah gua sangat bermanfaat sebagai pencegah longsor, penghijauan, pusat peresapan air, mencegah global warming, dan banyak lagi manfaat yang lainnya. Untuk pohon jati sendiri dapat digunakan untuk menambah perekonomian kota Trenggalek, pohon-pohon jati yang sudah berumur cukup tua diadakan pemotongan kemudian menanam kembali dengan bibit-bibit yang baru. Sehingga tidak merusak ekosistem yang ada di sana.
Berwisata di gua Lowo ini tidak ada batasan waktu maupun jumlah wisatawan yang masuk ke dalam gua. Dari sudut pandang penulis hal ini hal ini sangat berdampak negatif terhadap perkembangan fauna yang berhabitat di dalam gua tersebut. Penulis banyak mengetahui informasi-informasi baru yang menyatakan bahwa jumlah dari kelelawar yang ada di dalam gua ini tidak sebanyak dahulu, hal itu dimungkinkan karena fauna yang ada di sana (kelelawar) terganggu dengan banyaknya wisatawan yang datang ke sana. Tidak itu saja, tidak adanya batasan waktu pengunjung juga dapat dijadikan faktor penyebab yang lain. Jadi sebaiknya pemerintah kabupaten Trenggalek membuat peraturan baru yang menyatakan adanya pembatasan jumlah wisatawan yang masuk ke dalam gua maupun adanya batasan waktu untuk pengunjung. Dengan adanya ini dapat dimungkinkan dapat mengurangi dampak negatif di atas.
Gua Lowo merupakan gua terpanjang dan terbesar di Asia, namun banyak orang yang masih belum mengetahui tentang gua ini. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi yang diberikan oleh pemerintah pusat ataupun penduduk yang ada di Trenggalek. Gua Lowo akan lebih dikenal penduduk di Dunia apabila informasi tersebut dikemas dengan begitu menarik sehingga banyak masyarakat yang sebelumnya belum mengetahui adanya gua ini menjadi tertarik untuk mengunjunginya. Hal ini berdampak positif bagi devisi negara yaitu menambah tingkat pendapatan negara.